Sabtu, 19 Maret 2016

Catatan Pengobatan Tumor Pembuluh Darah - Pindah Faskes BPJS



Assalamualaikum..

Selamat datang kembali. Catatan kali ini akan membahas mengenai perjalanan proses pengobatan Tumor Pembuluh Darah yang Saya miliki. Awalnya males juga mau nulis hal beginian, tapi kurasa mungkin dari sekian juta penduduk indonesia ada juga yang mengalami hal serupa denganku. Mungkin juga akan ada yang termotivasi atau paling ngga ada gambaran harus berbuat apa.

Cerita ini lanjutan dari cerita sebelumnya, tentang"Hemangioma dan Cara Pengobatannya".

CharuBioUnindra


Jadi kisahnya aku sudah mulai menjalani pengobatan dari RS Fatmawati. Catatan terakhir dokter bilang bahwa penyakit ini sulit untuk diangkat tanpa menimbulkan efek samping. Sebab lokasi tumor ada di dalam pembuluh darah dan terletak di telapak kaki!!  Mulai dari bulan maret 2015 lalu lanjut cek MRI di bulan Juni. Hasilnya seperti gambar lampiran disini.
Lalu setelah hasil MRI keluar dokter memberikan saran untuk suntik dulu selama setahun sampai posisi tumor membulat atau mengeras dan apalah namanya intinya lumayan lama prosesnya sampai proses pembedahan. Karena obatnya tidak ada di RS Saya harus mencarinya sendiri di Toko Pramuka khusus obat dan menyimpanya di tempat yang dingin. Sekitar sebulan Saya simpan obat itu di kulkas sampai tiba waktunya kembali ke RS untuk suntik pertama kalinya di bulan November. Disana yang suntik oleh dokter yang berbeda lagi. Mungkin saking kelamaannya balik, ada sekitar lima bulan dari cek terakhir. Karena alasan kerja dan banyak hal yang buatku kesulitan kembali ke RS. Di bulan Juli-agustus aku mengalami kecelakaan dan Tipes pula.

Lalu dari November 2015 lalu sampai awal maret 2016 Saya baru mulai mengurusinya lagi. Ternyata surat pengantarnya sudah tidak berlaku.

Ya tentu saja!! Sudah setahun dari terakhir berobat. Beruntung pihak BPJS di RS fatmawati mengijinkan Saya sekali untuk kontrol kembali. Sayangnya, saat namaku dipanggil, dokter yang hadir bukanlah dokter yang seharusnya menanganiku. Saya sangat kecewa. Sebab sebelum datang ke RS sudah kutelpon itu bagian informasi mengenai kehadiran dokter Elida Sari. Akhirnya Saya pulang dengan tangan hampa. Suster dan dokterpun menyarankan aku untuk pindah Faskes karena lokasi tempat Saya kerja dan tinggal sangat mengganggu proses pengobatanku.

Well.... Harus kuakui. Memang antrian di RS fatmawati itu benar-benar parah. Pergi pagi buta dapat antrian dan penanganan sehabis zuhur. Kadang perginya baik-baik saja, pulangnya bisa masuk angin atau flu.

Rabu, 9 maret 2016
Hari terjadinya Gerhana Matahari. Semua siswa dan karyawan di sekolah melaksanakan sholat gerhana matahari. Berhubung Saya libur kerja- memang jatah liburku sedang jatuh di hari rabu. Saya keluar untuk mengurusi perpindahan faskes di BPJS. ndilalah.... Saya tidak lihat kalender kalau itu hari Raya Nyepi
Akhirnya diundur lagi.

Jumat, 11 maret 2016
Pergi ke kantor BPJS di Jl. tekno BSD. Ambil antrian, menunggu sampai tiga jam, setelah namaku dipanggil. Duduk manis, ditanya keperluannya. Diminta kartu BPJS dan KTP saja. Lalu sret... Sret.. Sret... Semua proses ngga sampai 1 menit dari sang operator memanggil. Lalu jadilah kartu BPJS faskes yang terbaru. Hasil print warna hitam putih.
Katanya sih mau diganti jadi kartu mirip ATM gitu... Ya begitu aja.. Cepet prosesnya... Lama bangeeeeet antriannya.

Saat itu juga langsung cuuuus..... Ngacir ke klinik Amira di kencana loka, minta surat rujukan lagi untuk ke RS. Disana diminta fotokopi rekam medis dan kartu bpjs dan ktp saja. Jadi saat itu aku kasi dokternya hasil MRI dan voilla... Jadilah surat rujukan baru dan di rujuk ke RS Bunda Dalima.


Senin, 14 Maret 2016
Pergi ke rs bunda dalima. Disana langsung ke bagian pendaftaran dan menunggu panggilan di poli bedah hampir 3 jam karena dokternya belum tiba.. Yah... Problematika RS kalau dokternya juga bisa super telat. Janjinya jam 10 hadir.. Baru muncul jam 11.20 siang. .. Padahal nomor antrianku nomor 2.
Setelah dicek telapak kakiku, dokter disitu menyarankan aku untuk pindah rujukan lagi. Beliau bilang kenapa aku harus datang ke RS tipe C kalau sebelumnya sudah dapat tipe A (maksudnya RS Fatmawati).. Endingnya Saya disuruh balik lagi keesokan harinya hanya untuk mengambil surat rujukan. Entah kenapa harus seharian begitu nunggunya . Rada kecewa juga.. Antri lama banget. Dokternya telat banget. Dapet surat rujukan mesti nunggu sehari... Untungnya penyakitku bukan yang harus langsung ditangani..

Review RS Bunda Dalima... Kurasa bisa disebut selevel dengan puskesmas Rawa buntu....

Selasa, 15 Maret 2016
Ambil surat rujukan dan langsung di fotokopi. Buat jaga jaga aja.....

Rabu, 16 Maret 2016Masih dalam nuansa libur kerja dan On Going. Oh ya, rujukan dari RS bunda dalima ending nya ke RS medika BSD. Agak kaget juga tapi yah dokter lebih tau kualitas dan kemampuan dokter lainya. Saat ini kerjaanku ya hanya mengantri mengantri dan mengantri untuk diliat liat kakinya. belum ada penanganan karena detik ini saya membuat catatan ini pun masih mengantri. Entah seperti apakah nanti treatment dari dokter Aufia Hud Nainggolan, SpB, FINACS .

Tutup catatan 10.30 am

Bersambung......

Buka catatan 13.00

Setelah sekian lama ngantri dan ketemu dokternya, rupanya beliau adalah dokter yang dari RS Bunda Dalima yang merujuk q ke RS Fatmawati. Beliau agak terkejut ketika mengetahui Saya malah dirujuk ke RS Medika BSD. Akhirnya setelah lama lama ngantri, disitu dibuatkan lagi rujukan ke RS.Fatmawati.

Ya Allah.. Kalau ngga sabar sabar amat udah nyerah aja deh..
Setelah dibagian administrasi terima surat rujukan,  disuruh ke bagian BPJS lagi.
Alasannya untuk validasi surat rujukan.

Daaaaaaaan Saya disuruh balik besoknya jam 11 siang.
Pada intinya ngurus surat rujukan aja sampai makan waktu seminggu. T__T

#istighfar... Istighfar... 


Selasa, 09 Februari 2016

pengalaman pertama Makan Natto

Salam sejahtera untuk pembaca blog.
Pada kesempatan kali ini charu mau post tentang pengalaman pertama makan natto.

Well.. Natto pertama yang aku coba itu natto yang kubeli dari AEON Mall di supermarketnya. Saking penasarannya dengan rasa natto asli jepang. Bagi yang beragama islam, harus betul betul teliti dalam membelinya. Merek terakhir yang kubeli belum ada label halalnya.
Payahnya aku sadar saat natto itu sudah dimakan dua suap. :v
At least... Berdasarkan bahan-bahan baku dari natto tsb ( yang mereknya pas banget ngga aku foto,  warna bungkusnya orange dengan tulisan BACCHAN kalau tidak salah ingat) kedelainya masih aman. Yang tidak boleh dimakan itu bumbu dari natto nya, yaitu mustard dan saos kecapnya. Karena di keduanya terdapat kandungan alkohol.

Bener-bener penasaran dengan makanan yang satu ini sampai ngga ngeh kalau itu ternyata haram dimakan (buat muslim. Karena ada dua kotak, satu kotak yang dah terlanjur dicampur bumbunya, kubuang. Sementara yang satunya lagi kucampur dengan mustard merek maestro dan kecap ikan fina.

Mau tau penampakannya?
Ya mirip banget dengan kacang kedelai yang berlendir.

Rasanya... Hm... Hambar... Masih sedikit ada rasa kacang kedelai rebus berlendir.

Yang jelas, natto lebih enak dimakan dengan nasi.
Rasa asin gurih dari kecap ikan dan penetral dari mustardnya, membuat natto jadi terasa lebih enak. Waktu itu saya coba campurkan dengan kuning telur setengah matang, dan rasanya better lah.... Tapi itu masih tergantung pribadi masing2 sih. Bahkan orang jepang asli pun ngga semuanya suka dengan bau dan rasanya ^^v

Nah,, buat kamu yang masih penasaran..
Semoga tulisanku kali ini bisa jadi deskripsi yang cukup untuk kalian.

Thanks for reading.. ^^v

Minggu, 10 Januari 2016

Anti galau.

Pada masa dulu kala, tatkala ada warna hadir dalam ruang kosong yang berantakan, angin berhembus melambai lambai isi ruangan.
Ruang kosong itu pernah tercipta dari dua tangan manusia penuh harap, pernah ia redup, terang, berantakan, redup, lalu terang lagi saat menemukan cat indah yang melukis warna terang dalam ruang tersebut.
Seakan kebahagiaan itu tercipta disebabkan oleh warna indah yang melukiskan berbagai ukiran kompleks juga sederhana. Terkadang ia berwarna merah jambu, biru, putih, pernah juga berwarna kelabu.
Warna itu bertahan dalam kualitasnya selama satu windu ditambahkan 5 tahun lamanya.
Sampai suatu ketika, di pertengahan tahun, di musim panas, di masa tawa riang anak usia 6 tahun menikmati masa belajar di sekolah barunya, badai datang.
Laksana kathrina, badai yang menghapus jejak berkerak.
Gemuruh itu perlahan teredam oleh cahaya Illah dari lapisan langit entah keberapa. Seperti sebuah hidayah yang menyadari pendosa dalam lubang kesalahannya.
Para pembangun bergotong royong berkontribusi memperbaiki ruangan itu. Mencoba menyelamatkan ruang berharga milik seseorang yang bagi - salah satu pelukis- itu tak berharga.
Sudah.. Ruang itu kembali kosong. Tanpa warna. Kembali terbentuk meski tidak dalam posisi sempurna. Seperti pada saat sebuah kata tercipta "Bahwa aku akan baik-baik saja".

@ICM.SCH.BSD
11 Januari 2016
“Maka nikmat Tuhan manalagikah yang engkau dustakan”.